Senin, 21 Juli 2014

koko vs kerudung

Hari ini bercerita lucu, saat hati begitu berharap soal THR yang dinanti akan mencukupi untuk bayar-bayar semua tagihan, tapi ternyata yang di dapat tidaklah sampai pada angka yang di butuhkan, banyak cicilan yang terbengkalai setidaknya 2 bulan terakhir, menyoal cicilan ini itu rasa percaya diri dan optimis muncul saat mengingat THR yang akan meng-cover semua nya, pada waktunya bahkan setengah dari kebutuhan yang harus dibayarpun tidak sampai.
Ada kesedihan yang menyeruak menelusup dalam kedinding dinding hati yang begitu dingin,
 sejenak mendongak ke langit "ya Alloh tuhanku, apa yang harus hambamu ini lakukan? Bukankah hambaMu ini sudah sangat bekerja keras untuk Rupiah yang di harap bisa menutupi semua tagihan bulanan?".
Resah rasanya jika mengingat Agung, adik kecilku yang lucu yang merengek terus meminta di belikan baju koko untuk dipakai saat sholat Ied, terbayang, betapa kecewanya ia, mendapati kakak nya yang bahkan sekedar membelikan baju koko saja untuk lebaran saja tidak bisa, Ya Alloh, rasanya tak sanggup jika senyum itu terenggut hanya karna ini, kutelpon semua yang berhubungan dengan kredit, ku jadwal ulang untuk pembayaran nya, tentu dengan denda yanhg terus berjalan, ah, biarlah, yang penting tidak sampai hati rasanya jika harus melihat Agung bersedih, sisa uang beli baju koko itu kusisipkan buat bekal nya nanti, tidak banyak, hanya sedikit, tapi sudahlah,
Saat berjalan menyusuri pinggir pinggir pertokoan itu mata ini tertuju pada selembar kerudung yang di pakaikan pada manekin cantik, pasti mama bahagia sekali sekiranya kubelikan kerudung, ini kan lebaran, ambil saja lah, toh cuma kerudung, setoples kue coklat sekalian saja kubawa buat.oleh oleh mama, beliau memang tidak pernah meminta apa apa, kali ini ingin rasanya melihat beliau memakan kue coklat yang kubeli.
Sampai di rumah uang lima puluh ribuan bersisa 5 lembar, dua lembar ku kasih mama, sisanya buat ongkos dan keperluan nanti setelah lebaran.

Ya Alloh, berikanlah aku rezeki yang banyak, ingin rasanya melihat orng orang yang kusayangi terpenuhi hidup nya dengan baik, dapat fasilitas yang baik untuk keperluan mereka, biarlah itu semua melalui tanganku ini, ya Alloh ridhoi lah aku, menjadi guru memang pilihan hidupku, karna disana aku berharap dapat menimba berkah dan manfaat, segala kesederhanaan yang kujalani ini, jadikanlah nikmat ya Alloh... Izinkan aku menjadi seorang guru yang baik untuk murid muridku, izinkan aku menjadi kakak yang baik untuk adik adiku, izinkan aku menjadi anak yang mampu membahagiakan orang tuaku, ya Alloh... Gantilah kesedihan ini dengan kebahagiaan batinku... Amin...

Minggu, 30 Maret 2014

my bunda

Kemarilah…
Duduk sebentar bersamaku,
Apa kau tau apa yang kurasakan saat ini? Cuma satu kata sederhana yang tertangkap waktu, tidak banyak dan tidak membingungkan, aku ini… hanya ingin bersamamu, entah dalam keadaan apa, aku membayangkan di keadaan susah, aku masih mempunyai hadirmu sebagai penyemangat hari, di keadaan senang, kamulah yang ingin ku ajak bersama,
Kamu mungkin tak pernah tau, kenapa ada begitu banyak hari aku lewatkan hanya sendiri, menenggelamkan diri dalam pekerjaan yang tak pernah ada akhir, menemui sebanyak-banyaknya orang yang bisa di temui, tapi apa hasilnya, tidak ada ..
Dan tiba-tiba saja, suatu hari di hari yang biasa, kamu ada disana dengan senyum manis yang sangat indah, kecantikan sederhana yang menakjubkan mata, yang mampu menggetarkan hati menjadi berbeda rasa ditiap kali melihatmu,
kemarin dulu, aku duduk dan hadir di kelas ini hanya menyelesaikan tugasku demi pekerjaan, tapi sejak hari itu, aku mempunyai semangat baru yang begitu menggebu dan tidak dapat tertahan setiap aku melihatmu, entah ini jodoh atau memang aturan Tuhan yang mempertemukan kita, semakin menepis rasa ini, semakin aku menginginkanmu…
Menginginkanmu tanpa memilikimu merupakan perasaan yang sangat menyiksaku, apa kau tau itu?
Aku juga tau kamu tidak sendiri, sudah ada dia yang sebelumku, yang melukiskan keindahan, percis sama seperti yang kamu inginkan, dia yang mampu membuatmu menangis dan merubah ekspresi wajah seketika, menekuk wajah ceria menjadi termenung dan tertunduk, sekirannya aku tau siapa dia, aku akan mendatanginya dan memohon kepadanya supada mengatakan hal-hal baik padamu, supaya wajahmu dihiasi senyum kembali, apa kamu tau, aku ini tidak rela melihatmu menangis tertunduk seperti kehilangan duniamu, karena buat dia, kamu mungkin bagian tidak berarti yang hanya bisa di hubungi, tapi buatku, senyum mu adalah semangatku, dan aku yang merasakan sakit ditiap kali kamu tertunduk sedih karenanya.
Apa kamu tau?...
Hari ini, aku bisa menggenggam tanganmu, melihat senyum itu selalu terurai dan aku menjadi alasannya, seperti menjalani mimpi, aku melihatmu sekarang seperti mimpi yang sedang berjalan di hadapanku.
Aku menginginkanmu bahagia, mengganti tiap tangisan yang pernah terjadi dengan senyuman yang akan mengembalikan hatimu kepada keceriaan yang selalu kunantikan. Aku menginginkanmu menjadi pribadi yang bebas dan penuh kesenangan yang tiada putusnya, dan segala bentuk ketidaksenangan, kalo boleh biarkan aku yang menjalaninya untukmu, sungguh aku tidak rela jika kamu merasa tidak bahagia.
Apa kamu tau, aku memohon kepada sang pemilik hati, untuk memberikan hatimu untukku, sebagai pasangan jiwaku, sebagai pendamping hidupku…
Aku menyayangimu lebih dalam dari yang kutau dan lebih besar dari yang aku rasa, aku mencintaimu apa adanya kamu, sesederhana kata “kupinang kau dengan syahadat” sesederhana itu juga aku mencintaimu…
Aku memang tidak bisa menjanjikanmu apa-apa, aku hanya bisa menjanjikan aku akan mengusahakan semua yang mampu kulakukan untuk membahagiakanmu dalam hidupmu, my bunda…

Minggu, 09 Februari 2014

bersendiri ...




kosong

denting yang tercatat waktu
menyuarakan teriakan yang sama
tentang rindu yang tersia2
tentang penantian yang tak berujung
bahwa :
aku cuma butuh satu ..
ia yang kucinta mencinta sama besarnya denganku..
berjalan di panas dan dingin
terangkul dalam suka dan derita
kemarau dan hujan..
aku cuma butuh satu...
yang akan kupangku saat matanya berair
yang kan kupeluk saat kurasa rindu...
bukankah di dunia iniberpasangan?
lantas dimanakah pasangan jiwaku?
separuh nafasku?
dimana kan kutemukan penyulut gairahku?
cawan rindu untuk menuang anggur asmaraku

berkurangkah perkasaku saat aku menangis?
adam saja meratapi surga saat ia sendiri...
sampai tercipta hawa...
jika aku memohon teman hidup?
bolehkah???
aku kesepian...
rinai lembut hujan yang turun..
sekarang terasa menusuk jantung hati..
bukan lagi basah aroma rindu..
masih perlukah tamparan rindu menyiksaku juga????

Kamis, 09 Januari 2014

hatiku yang gerimis

Dibalik hujan badai menyisakan pelangi indah,
sahabat;
selesai malam pagi pasti menjelang..
saat kau mengaduh kesakitan,
ingatlah nantinya akan sembuh, sama halnya ketika kau
berjalan, berkelok2 menyempit melebar, bahkan terkadang
buntu dan kamu harus berputar arah, tapi lihatlah...tujuanmu
semakin dekat dan dekat saja.. jangan pernah menyandarkan
hati pada hati lain, jika kamu tak sanggup berdamai dengan
kekurangannya.. terimalah ia yang mencintaimu.. dan biarkan
apa yang hanya terjadi sesaat menguap hilang oleh waktu..
cinta itu bukan memetik mawar untuk membuatnya layu, tapi
menikmati saja tanpa menyentuh.. aku bahagia sekali
melihatmu tertawa..meski tawa itu bukan untukku seorang...
biarkan rindu yang dulu milikku tersimpan rapat di kedalaman
kalbumu.. pun demikiannya aku.. telah kubingkai rapi kenangan
itu lembar perlembarnya untuk kenikmati tiap hujan gerimis
menerpa wajahku...karena gerimislah penghubung kenanganku
denganmu...
untuk tiap mimpi yang pernah terajut..aku hanya mampu
mengatakan maaf.. aku tak mampu meneruskannya.. aku tak
setegar yang kukira aku tak setangguh yang kurasa..maaf jika
aku menyerah kalah dan memilih mundur..
semoga gerimis hari ini menerbitkan hangat untukmu
terkasih.... karena tiap tetesannya berisi lantun doa yang
terkirim dalam diamku...

Senin, 06 Januari 2014

aku vs ayahku

Sore ini selepas hujan reda, berjalan menelusuri kelokan gang menuju ujung jalan, kuhirup dalam-dalam aroma kesegaran sehabis hujan, masih berbau basah dan 
Diantara langkah menembus gerismis satu sms masuk memberitahukan kabar dari seorang teman bernada bahagia, “anak gue dah lahir, cowok..” spontan kubalas “ selamat”
Hmmm…jadi inget begitu girangnya aku menyambut sang jabang bayi, tiada yang lebih istimewa kecuali untuknya, tak ada musik seindah tangisannya, tak ada banding perasaan yang tercurah,
Namun Setitik sesal ada menelusup dalam dada, yang memaksa ingatan kembali ke 18 tahun lalu, bahwa ayah-lah sosok yang paling ku benci di dunia ini, bahkan sampai kematian menjemputnya tiada bergeming hati ini untuk membuka maaf untuknya,
Namun hari ini, sebuah pemikiran baru muncul menyadarkan bahwa selama ini yang difikirkan salah total,
Semestinya apapun keadaan masalalu tidak menjadikanku sebagai pribadi yang sangat membenci ayah sendiri, karena sekarang tiap kali aku menimang dan memandang sorot mata kecil itu akulah di posisi yang paling kubenci dulu,
Dulu..
Tak pernah kufikir bahwa aku ingin mati di kelilingi anak-anakku, agar dari mereka ada yang membacakan yasin, ada yang memandikan, mengkafani dan mengantarkanku ke liang lahat, anak biologis yang akan di dengar do’anya meski terputuslah semua perkara dunia, tiap ia menangis dan merajuk tak tega rasa hati ini menolaknya, tiap tangis tidak nyamannya membuatku gusar tidak kepalang kepada si pengganggu, jangankan manusia, setanpun kalo terlihat tak gentar dilawan jika berani mengusik nyamannya sikecil..

Satu pertanyaan yang tak terjawab, dan mungkin tak kan pernah terjawab adalah “ apakah ayahku merasakan yang kurasakan” dimana ia saat aku meronta-ronta karena taring kehidupan mencabik-cabikku? Dimana ia saat keadaan memaksaku menahan lapar? Dimana ayahku saat selepas hujan aku dan adikku kelaparan, dan beras yang terbeli dengan uang pas-pasan jatuh berhamburan ketanah basah? Dimana ia saat semua orang tua temanku berkumpul diacara kenaikan kelas? Dimana ia saat aku berkaca di depan cermin menilik sudah benarkah aku memakai seragam kemejaku? Dimana? Dimana? Dimana?............

O iya… dia sibuk dengan istri-istrinya, ibu tiri yang berkali-kali pernah melukai hati dan diri raga kecilku, ibu tiri yang pernah memaksaku merendahkan harga diri mengais rupiah dengan menengadahkan tangan ke para tetangga, ia hanya sibuk dengan mereka, bahkan saat kutunjukkan buku raport-ku berperingkat satu, ia melemparkannya dan memakiku karena aku mengganggu tidur siangnya, saat aku merajuk memperlihatkan seragam SD kusutku ia malah melemparkan sepatu dengan mata melotot yang menyeramkan.

Itukah sosok ayahku? Yang kemdian mengusir kasar kami tanpa ada bekal, dimana keadaan memaksaku menghentikan cita-citaku demi membantu ibu yang tetap tegar meski di telantarkan,

Kini aku seorang ayah, dan serentetan ketakutan menghampiri ditiap kali aku melihat anakku terlelap, akankah aku adalah ayahku? Atau aku adalah aku yang akan mengukir beda dari perlakuannya?
Akankah aku lebih memilih egoku dan lebih memilih meninggalkannya sendiri dalam kepapa-an yang serba tiada?

Tak sampai hati rasanya melihat ia akan kekurangan, tak tega rasanya melihat ia merentangkan tangan meminta pertolongan,

Buruknya perlakuan ayah pada kami, membuat kami pribadi-pribadi yang serba berbeda, bahkan di satu waktu salah satu do’aku supaya aku dilahirkan kembali dari orang tua yang berbeda,
Bertahun-tahun aku dengan pemikiran itu, dan sudah waktunya aku memaafkan diri sendiri dan memaafkan ayah, mungkin saja suatu waktu dimasa lalu ayah juga pernah menganggapku sebagai berkah, mungkin saja ia juga pernah menghujaniku dengan sayang, namun waktu yang merubahnya menjadi seperti yang kuingat,

Tiada terasa air mata ini jatuh begitu saja,
Sekelebat dilangit menjelang senja terbentuk wajah ayah yang sudah samara kuingat..
Kumaafkan kamu yah…
Dan Tuhan… mohon jangan biarkan like father like son terjadi padaku
Biarkan aku menjadi orang tua yang selayaknya untuk anak-anakku kelak…..

en de story ghost ...

tadi malem.. tepatnya pagi kali ya, pulang dari pasar, abis makan nasi uduk sama jeny (jengkol ny'mat) hehehe.. pulang jalan kaki, toh gak seberapa jauh ini dari pasar tadinya fikiran sih gitu.. iseng sambil o- el, dihape (euleuh sombong-nya..hehehe) asik-asik ajah bacain status, ad yang sedih-sedih teyus (ehem.. nyindir diri sendiri tuh) ad juga yang fun, ada yang merindu, de el el lah pokoknya mah.. seperti biasa ya melewati jalan yang sama yang tiap hari udah hafal permeternya ada apa, secara deket dari rumah, pas nyampe jembatan ke dua setelah jembatan irigasi, di jembatan yang ada poon akasia-nya sedikit berdiri bulu kuduk ini, celingak-celinguk bentar .. ah gak ada apa-apa kok.. biasanya kan banyak anak-anak tanggung yang nongkrong sambil gitar-gitaran ini dibawah poon akasia itu. kan disitu ada bangku kayu juga..

pas beberapa meter dari poon itu tiba-tiba ada suara cewe' yang ketawa terkekeh-kekeh, ah paling-paling anak-anak abg itu yang lagi pacaran, melirik sedikit ke arah bangku yang biasa di pake duduk-duduk. kok kosong ya? wah jangan-jangan ada yang ngerjain gue nih kepikiran sih gitu dalam ati ini..

aku ambil aja batu koral sebesar gundu aku timpukin ke arah poon itu.. mampus luh gue timpuk..
terus ad suara lagi yang ketawa, tapi kok dari atas poon ya?
pas diliat.. masya ALLOh engga tau makhluk apa deh itu.. abis baru pertama kali ngeliatnya.. lagi ongkang-ongkang kaki di dahan yang agak besar yang ujungnya menyentuh air kali deket jembatan.. pela-pelan kuamati.. wajahnya gak jelas sih, selang beberapa saat aku liatin dia ketawa lagi.. mungkin inilah kuntilanak yang kata orang sering ada disitu.. dasar gue emang sableng bin jail, bukannya lari terbirit-birit kayak di pelem-pelem jadul.. malahan gue samperin.. tetep ..dalam ati pikiran gue itu anak iseng yang lagi gerjain gue..
eh pas gue samperin dia naek ke atas poon sambil terus ketawa cepet banget naeknya..

deg..deg..deg.. ati gue berdegup kenceng banget... gilaaaa.., itu ternyata kuntilanak beneran ya?
gue celingak-celinguk nyari orang lain, tapi ini kan setengah tiga pagi, gak ada kendaraan lewat kepasar juga agak jauh.. wah..wah..wah... apes banget gue ketemu kuntilanak..
gak tau dari mana idenya.. gue ambil batu aja gue sambitin tuh poon ampe gue puas.. sambil gue maki-maki.. eh dasar sundel bolong.. kagak tau diri lo..( gitu ) ... beraninya diatas pon doang.. setan lu.. padahal tuh kunti dah gak ketawa lagi.. hehehe.. dah itu gue pulang ajah santai gemontai kayak gak berdosa.. hehehe

pas abis sholat subuh gue bangun.. terus baru kefikiran.. astaghfirulloh... untung gue gak kenapa-napa.. coba kalo tuh kunti nyulik gue ato gue di sandra.. gimana dong nasib keperjakaan gue...? wah..wah.. mana hape kagak ada pulsanya lagi, ampir abis di pake ol semaleman.. tar kan gue gak bisa minta bantuan... secara cuma 112 doang yang bisa di hubungi.. idih.. gak lucu banget kan.. kalo sampe gue telpon polisi terus gue ngadu di culik kelong wewe... hehehe... apa kata dunia..??

ah.. ini pengalaman berharga ya ALLOH... maha kuasa Engkau yang telah menciptakan beragam makhluk..
semoga gak ketemu lagi dweh... hehehe.. takutnya dia dendam gue sambit-in pake batu.. hehehe....
berabe kan???

Februari 2009

....semuanya tentang... episode 1

Wah, baru inget, malem ini kan ada undangan kawinan temen, mau pulang cepet akh….
Begitulah bisik hati waktu masih dipasar…

Walah.. inilah aku dengan kemeja gelap dan ehem, rambut Mohawk kelimis yang berbentuk aneh, he he he.
Kulihat-lihat, hmm gak jelek-jlek juga ternyata kalo lagi rapi, semuanya dah siap dan ayo berangkat…..!!!

Hingar binger musik dngdut live plus sama penyanyi yang seolah teriak-teriak yang lebih mirip orasi ketimbang menyanyi, membuat nada dering hape ku tak terdengar,
Pas iseng ngeliat hape, ternyata ada pesan masuk dari kaka sepupu yang perempuan :cariin si aa donk, belum pulang:
Wah.. repotnya.. punya kakak sepupu yang satu itu, pasti kesana deh, gak salah, WARJAB GIRLI (warung jablay pinggir kali), terletak sebelah barat dan berupa perkampungan “maksa” dipinggir kali besar, tempat dimana banyak orang mencari hiburan batin, tempat berlangsungnya ajang transaksi syahwat,
Sms itu kubalas : iya tar di cari:
Selepas dari undangan kawinan itu kupacu motor kearah lokalisasi, mungkin lebih tepatnya lokalisasi tersembunyi ato di sembunyikan, ato apalah… gak penting…
Sampailah disana…

Namanya mama (gak tau nama aslinya siapa) adalah sang empunya warung tempat abangku berlangganan, biasanya minum sampai mabok dan di akhiri dengan ritual bercinta ala hutan rimba, karena mereka yang datang bisa sampai berteriak2… gak tau tuh diapain…

Mama itu saking sudah seringnya aku menjemput abangku kesana jadi udah kenal, dan benar saja, gak usah nanya-nanya lagi, si mama sudah ngasih isyarat menunjuk sebuah kamar ato lebih tepatnya saung yang Cuma dihalangi terpal sebagai dinding, tanpa ada sanitari, berhubung kebelet pipis, aku menuju arah belakang gak liat kanan kiri langsung cir aja.. tak taunya ternyata ada yang sedang bersih-bersih habis di booking, ia berdiri membelakangi, karena gelap, tadinya kukira gak ada orang, kontan ia menjerit, “woi liat-liat dong, gue lagi cebok nih” sambil berbalik, masih telanjang setengah bagian badannya kebawah, buru-buru kurapikan celana, eh dia malah ketawa, dasar.. jablay…

Di dalem aku nunggu di pojokkan diatas bale-bale bambu, suara-suaranya gak karuan, lenguhan dan teriakan, kadang-kadang suara muntah, karena kebanyakn mereka teler,
Sambil duduk kuperhatikan ada yang aneh malam ini, ada anak kecil lucu berumur sekitar 2 atau 3 tahunan menangis menjerit-jerit, sekelilingnya tak ada yang memperhatikan, aku samperin, aku gendong, sambil kuusahakan tangisannya berhenti dengan melucu, akhirnya tangis itu terhenti juga, hampir berbarengan dengan wanita belasan tahun yang rambutnya masih acak-acakan tergerai berantakkan, beha nya belum terpasang dengan baik dan di sekeliling buah dadanya banyak tanda merahnya, ia merapikan rambut, lalu meraih anak itu dari gendonganku, “makasih ya mas, sini sayang sama mama” cuek ia memeluk anak itu.
“aduh maaf ya, nangis ya? Abis tadi mama beli aqua, kurang nih, cup..cup..cup.. sayang.. jangan nangis donk.. mamanya kan lagi nyari uang buat beli susu ade…”

Mendengar simama bilang seperti itu, degh…. Jantungku serasa berhenti, wah kasian sekali wanita muda ini, sepintas kulihat wajahnya tidak jelek, manis semampai dengan rambut panjang terurai…

“ma, aku pulang ya, dah cape, malem ini 3 orang aja, aku cape, lagian kasian astari, udah mau tidur” sambil menyodorkan uang puluhan ribu beberapa lembar

O anak itu namanya astari, lucu ya namanya..

“pulangnya kemana teh? Boleh saya anter?”
Wanita itu diam saja tak menjawab, ia malah memperhatikanku dari ujung rambut smpai ke kaki, lalu memandang tajam kearahku
“saya nana, teteh siapa” 
Membalas meyodorkan tangan “sari”
“yuk aku anter pulang, kasian tuh anaknya, dah nguap-nguap”
Setelah ia merapikan dandanannya, sari berjalan mengikutiku ke parkiran, 
Selain menanyakan alamat rumahnya sepanjang jalan kami hanya saling diam, sesekali terasa astari yang di gendong sari terusik dari tidurnya, sampai disebuah perempatan jalan sengaja kuberhentikan motor, ‘beli makanan dulu ya, belum makankan, saya juga laper mba”
Jangan panggil mba, saya bukan orang jawa, panggil sari saja” dengan logat sundanya.
“o teh sari, yuk turun dulu, kita beli nasi goreng”
Kupesankan 2 nasi goreng sengaja minta di bungkuskan, teh sari hanya diam, memeluk erat astari yang terlihat kedinginan, kubuka jaket
“pake aja ini, sekalian bisa buat si ade, kasian kedinginan, tar masuk angin lagi”
Sari hanya menengadah menatapku, diambilnya jaket itu, ia pakai, bagian depannya tidak di rapikan, ia pakai untuk melindungi kaki astari
Kubayar nasi goring, kugantungkan di bagasi depan motor bebek ku, tanpa dikomando sari mengikuti, motor pun berjalan lagi…

Sampailah di sebuah bagunan yang berderet dengan banyak pintu, kontrakan sari..
Terlihat sepi, maklum sudah hamper tengah malam,
“masuk dulu a”
Kuikuti langkahnya, terlihat sekeliling bangunan semi permanent dengan daun pintu dari papan yang tidak rapi, selembar tikar pandan dan perabotan rumah tangga yang kebanyakan dari plastik.
Diletakkannya astari, diambilnya gelas plastik, ia isi dengan air putih, disodorkannya padaku

Dalam hati

Ikh, minum di gelas platik, kalo dirumah mana mau gue, he he he, abis kesannya menghina banget, sama tamu dikasih minum digelas plastik, he he he
Tapi aku maklum kok, namanya juga aku kan sedang bertamu..

Acara makan nasi goreng itu terasa kaku dan kikuk, tak sepatah katapun kudengar dari bibir sari, hingga :
“makasih ya a, dah nganter saya nyampe rumah, tapi lebih baik aa pulang aja, saya gak mau tetangga nyangka macem-macem, orang-orang disini gak pada tau kalo saya jablay” datar, tanpa ekspresi
‘teh, kalo lagi ngomong sama saya jangan sebut kata jablay ya, kalo boleh tau kenapa teteh sampai ngambil jalan ini? Maaf bukannya saya so’ ikut campur, jangan di jawab kalo teteh gak mau jawab”
Sekuncup senyum kecut kudapat darinya sambil bertutur
“saya tinggal di subang, dulu kabur dari rumah sama pacar saya, tadinya saya kira dia baik, makanya saya mau diajak kawin alri, paman saya di cianjur, yang menikahkan kami, awalnya dia baik, tapi belakangan saya tau, dia udah menikah dan punya satu anak, hamper setahun lalu saya sama astari ditinggal begitu aja, tanpa sepeser uang, saya pernah jadi pembantu gajinya 200 ribu sebulan, itu gak cukup, saya kerja Cuma dari pagi sampe sore, uang sebanyak itu gak cukup a, terus ada tetangga yang nawarin kerja di tempat mama, minggu lalu saya baru mulai (sambil menyeka air matanya) kalo saya layani tamu jatah kamar 20 ribu per orang, sisanya bisa saya bawa pulang.. (terisak) liat dia a, astari perlu banyak biaya, sejak saya kerja disana saya gak kurang makan, bulan lalu pernah ia gak makan, kalo saya sejak ditinggal suami emang jadi jarang makan, malah kadang gak makan, daripada saya makan mendingan buat astari” polos ia bercerita nyaris tanpa koma, sambil menyeka air mata.
Sari bercerita sambil tertunduk, tangannya memainkan ujung baju
Ya Alloh, ternyata ada orang seperti ini ya di dunia ini…
Entahlah fikiran apa yang hinggap di otakku, tapi kemudian :
“kalo saya biayai hidup teteh, teteh mau berhenti kerja..”
Sari melihatku lantas tertawa, tawa aneh, hambar, dan terkesan pesimis…
Kukeluarkan dompet kuhitung 5 lembar uang lima puluh ribuan, kutaruh diatas tikar..
“ini cukupkan… buat sementara, yang penting teteh jangan balik lagi kesana, setuju? Kedepannya, tiap bulan saya akan kasih teteh uang 700 ribu, cukupkan buat makan, kontrakan biar saya yang bayar, mau gak?”

Gak tau kenapa pemikiran seperti itu terlintas dan jadi kalimat seperti diatas….

Sari menatapku seperti mencari jawaban pada mataku, butiran-butiran air matanya jatuh semakin deras, terbata-bata ia menjawab
“terus apa yang aa minta dari saya? Semua ini gak gratis kan?” kata wanita 18 tahunan itu…
“ semuanya emang gak gratis, dan hal pertama yang harus teteh lakukan adalah jangan pernah kesana lagi, yang kedua hari minggu besok, teteh harus mau saya ajak jalan, ajak astari juga, jangan banyak Tanya, teteh ikut aja, setuju?”
Ia mengangguk…dipengnya erat-erat uang itu….
Lantas aku berpamitan, setelah kutinggalkan nomor hape dan berpesan padanya kalo ada apa-apa, ia harus menghubungiku segera dari wartel terdekat….

Aku kembali ke warjab girli…
Abang sepupuku sedang tidur lelap di bangku bambu pojokan warung, seperti biasa, aku meminta mang ucu (centeng disana) untuk membawa motor siabang, dan satu orang lagi dimotorku untuk memgang siabang biar gak jatuh, abis parah banget maboknya…

………………………………………………..

Pagi itu sengaja lebih awal pulang dari pasar, yang biasanya pulang menjelang dhuhur, ini kan sabtu aku gak punya jam kuliah, segala sesuatunya aku serahkan sama si azis (orang yang biasa membantuku dipasar) dirumah, aku berdandan serapi mungkin, setelah terlebih dulu kutelpon pak de untuk membatalkan janji dengannya nonton ke 21.

Dirumah sari
Matahari masih menyengat, tapi jadi tidak terasa panas saat kulihat sari, gila, rasanya sudah lama banget gue gak tertarik sama cewe sejak SMA, eh pas nemu, malah jablay, ibu beranak satu pula, he he he… hidup emang aneh ya?
Hari itu sari memakai jeans press body, kaos dalem berwarna merah dan sweater hitam berkerudung, yang lebih gemesin astari, duh anak itu lucu banget, rambut tipisnya dikuncir dua, dipakaikan baju lucu berwarna merah, dan sepatu bunyi tiap kali ia berjalan kaki, ngga tau kenapa ia cepat sekali akrab denganku sepertinya sudah lama tak ia temukan figure bapak yang mau mengegendongnya, ia malah senang bermain di pangkuanku, sambil belepotan makan coklat batangan yang sengaja kubawa,

Tiap pertanyaanku dijawabnya dengan lucu, cadel, akh… hari yang indah…
“kita mau diajak jalan kemana a” kata sari setelah sebelumnya ia membuatkanku kopi
“kita jalan ke cariu ya, disana ada kali yang aernya masih bersih, kita bisa duduk di warung pinggir jalan, minum es kelapa, sambil ngeliatin barisan pengunungan dan perbukitan, udah lama saya gak kesana” sari tersenyum…

Ya Alloh… itu senyum termanis darinya yang pernah aku liat, sari hari ini sungguh berbeda dengan sari yang kulihat seminngu yang lalu ia lebih ramah dan lebih banyak tersenyum.
“teteh kembali kesana gak? (warjab-red)” ia menggelengkan kepala
Kemudian obrolan ringan basa basi sambil ngabisin kopi pun terjalin, lantas ia kuajak jalan, setelah sebelumnya kuminta ia memakaikan jaket ke astari.

Barisan gunung dan bukit-bukit terjal yang terlihat jelas dari tempat kami duduk, terlihat begitu hujau.. suara gemericik air dikali dangkal dan gesekan daun bambu yang sedikit bergemuruh terasa sangat menenangkan, hamparan sawah dengan diselingi saung-saung.. terasa rileks banget dimata.
Hari itu sari banyak bercerita tentang hidupnya, kusimak dan kudengar… apa yang di ucapkannya menambah rasa simpati di hati ini untuknya…. Begitulah awalnya…..

Selanjutnya sari dan aku HTS (Hubungan Tanpa Status) kedekatanku dengan sari membuat astari diajarkan untuk memanggilku abi (bapak) aku sih gak keberatan, seneng-seneng aja.. he he

……………………………..

Tahun baru 2006
Lagi-lagi kubatalkan janji dengan pak de yang mengajakku ke monas (akhirnya kesampean baru tau monas desember tahun kemaren) untuk melihat kembang api.
Aku mengajak sari dan astari ke puncak, kesebuah penginapan di sekitar cisarua, yang biasa di sewa pak de untuk berakhir pekan.. sambil makan jagung baker sari dan aku mencandai astari, tawa-tawa kecil sampai terbahak-bahak terjadi begitu saja. Duh senengnya hati ini biarpun astari bukan anak biologisku dan sari bukan istri sahku, terasa bahagia sekali aku bisa berada diantara mereka, hidupku terasa lengkap, kebahagiaan yang kudapat terasa menenangkan, entahlah apa namanya….

Saat bunyi petasan saling bersahutan dan kilatan-kilatan kembang api terlihat dari kejauhan, artinya 2006 telah datang, sari memelukku dari samping, ( sebatas itulah hubungan kami selama ini, tidak pernah macam-macam…)
Malam itu sari merapatkan badannya padaku, hasrat dan debaran jantungnya sampai terasa, aku diam saja, kikuk..... sari seolah mengerti dan ia tak memaksaku untuk melakukan hal yang sama padanya…
Sebetulnya tidak direncanakan akan sejauh itu, tapi akhirnya terjadi juga, sari memintaku untuk tidak ragu menyentuhnya, aku sih tidak ragu, tapi pertanyaannya adalah mampukah aku melakukannya? Bak seorang guru SD ia mengajariku dengan sesekali cekikikan tertawa kecil, menertwakan kekikukkanku, dan tingkah canggungku saat aku menyentuhnya…

Dua minggu dari kejadian itu aku menikahinya di bawah tangan, tanpa sepengetahuan keluargaku, sebelumnya terlegih dulu aku meminta nasehat dan masukan dari orang-orang yang ahli agama, bahwa menurut agama, talak telah jatuh, karena sang suami tidak melaksanakan kewajibannya untuk menafkahi anak dan istrinya lahir batin, sudah hampir setahun, karena alasan itulah aku berani menikahinya, dengan niat tulus dan tanpa pesta akbar seperti umumnya pernikahan temen-temanku. Sari hanya mengenakan baju sederhana dan aku hanya memakai kemeja biasa, bukan pakaian pernikahan, dengan disaksikan aparat setempat dan wali pamannya sari yang sengaja diundang dari cianjur, aku hanya di temani dua sahabat baikku, hendi dan ridwan. Alhamdulillah……..

..............*******...........

Hari itu tak kudapati sari di kontrakannya, padahal biasanya ia selalu kirim sms kalo mau kemana-mana, karena sengaja aku membelikannya hape, meskipun kami telah menikah sah menurut agama, tapi aku belum berani membuka kepada keluarga, rencanya minggu-minggu itu aku akan membawanya pulang kerumah ku..

Setelah Tanya sana-tanya sini salah seorang tetangganya bilang, orang tua sari datang dan membawa mereka sama suami pertamanya.

Apa? Suaminya? Terus kenapa sari tidak memberitahuku?
Kukeluarkan hape dari saku, o… shit…., semalem lupa di cas jadi dari pagi hape ku ternyata mati, buru-buru aku balik kanan pulang, ku cas dan kunyalakan, satu sms pending masuk, dan pemberitahuan bahwa aku sudah di hubungi 6 kali oleh nomor sari…

“aa tolongin sari… aa dimana? Bapak sama kang Heri ada disini”
Pesan singkat itu membakar emosiku…

Kutelpon sari, tapi yang ngangkat seorang pria yang suaranya tak kukenal..
“he..lu.. orangnya yang bikin bini gue gak mau diajak pulang, anjing luh, untung aja bini gua gak ngasih tau alamat lu, kalo dikasih tau, udah babak belur luh, anjing…!!” lalu ditutup begitu saja tanpa ada kesempatanku untuk berbicara.
Dua hari setelah itu hidupku benar-benar kacau, rasa kangenku sama sari dan astari tak tertahan lagi, bayangan mereka selalu ada di pelupuk mata.
Sampai satu sms dari sari masuk dan memberitahukan alamatnya di subang, dengan kalimat terakhirnya : tolongin sari sama astari a, sari mohon:
Kuhubungi sahabatku Hendi, yang menjadi saksi saat aku menikah, beliau adalah teman SMA dan sekarang menjadi aparat. Kuceritakan semuanya dan meminta pendapatnya, aku harus gimana? Sampai pada satu keputusan aku harus datang dan menemui keluarga sari di subang, hendi bersedia menemaniku, kebetulan ia sedang bisa meliburkan waktu.

Pada hari yang kujanjikan sama sari,
Aku berangkat dengan Hendi, setelah kupersiapkan segala sesuatunya termasuk dana cadangan untuk jaga-jaga.

“isak tangis sari yang menghambur kearahku terasa begitu menyayat hatiku, terlebih astari yang meronta-ronta di gendongan seorang wanita tua, ia memanggil-manggil… abi…abi….abi…. tangannya di rentangkan kearahku…

Disana Hendi-lah yang lebih banyak bercerita, ia memanggil semua aparat terdekat, Hendi-lah yang memegang kendali,
Tapi..
Yang mana suami sari? Kata bapak nya sari, suaminya pergi lagi setelah berantem hebat sama sari, waktu sari meminta talak secara lisan darinya. Ia tidak memberi talak malah menggantung status pernikahan mereka, benar-benar kurang ajar tuh si-Heri.

Sari…
Kulihat pipinya tirus sekali, matanya cekung, tubuhnya kurus, padahal tidak sampai seminggu kami berpisah, astari kugendong, kuciumi, kepeluk duh… kangennya aku sama anak itu, ia cerwwet sekali bertanya banyak padaku, abi bawa apa? Abi kemana? ….. hampir tak sanggup menahan tangis dibuatnya.
Setelah berembug akhirnya sampai pada satu keputusan dimana sari harus di talak sama Heri secara lisan dan aku harus mengulangi pernikahanku, aku setuju, sekarang masalahnya dimana heri?

Maka dimulailah pencarian heri, berkat Hendi yang mengkoordiansikan aparat setempat dan masyarakat sekitar akhirnya dua hari kemudian heri bisa di datangkan dengan kawalan dua aparat teman Hendi.
Tapi heri tetap tak mau menceraikan sari secara lisan, meskipun sudah kusanggupi aku bisa membayar sejumlah uang untuk mengganti talak heri. Malam itu tak membuahkan hasil, heri keukeuh tak mau menjatuhkan talak meski hendi sudah mengintimidasinya untuk berurusan sampai ke kantor polisi.
Duh geregetan banget sama tuh orang, ingin rasanya kucincang atau kurebus saja ia hidup-hidup.

Bukan krena takut akan ancaman heri aku dan hendi memutuskan pulang, tapi karena hendi harus kembali bertugas, aku menjanjikan akan segera kembali, dan akan menyelesaikan permasalahan itu sesegera mungkin..

Sepeninggalku, kami hanya berkomunikasi via hape, dan heri raib entah kemana, aku sering bolak balik ke subang dan tetap saja heri tak di temukan,


Kemudian karena pekerjaan dan kuliahku aku jadi jarang kesana, kami hanya bertukar kabar dengan hape, sampai terakhir aku mendapat kabar dari sari, tiap kali kutelpon suaranya lemah dan bergetar, tiap kutanya, apakah dia sakit, sari selalu menjawab tidak.

Sampai suatu waktu, aku telpon gak diangkat-angkat hampi seharian ini bayangan sari selalu berkelebat-kelebat, seolah ada di depan mata, tapi tiap kuhubungi hapenya selalu saja tidak ada yang angkat, kemana ya sari…

3 hari itu selalu saja sama, sampai suatu sore, aku telpon dan diangkat,
“halo ini kang nana ya? Saya jamal, tetangganya teh sari, bapak sama ibu gak bisa ngangkat telpon kang, jadi saya yang angkat,” kata suara di ujung telpon menjelaskan.
“sari-nya mana kang jamal?”
“emang akang gak di kasih tau ya? Teh sari kan dua hari lalu meninggal…”
“kamu jangan bercanda sama saya, mana sarinya?” sewot sekali aku saat itu
“beneran kang, teh sari udah meninggal, ini lagi beres-beres mau tahlilan

Lemas rasanya lututku sore itu, tangisku membuncah dan kukeluarkan semua, sampai-sampai tetangga pada datang kerumah, 
Setelah tenang aku beres-beres dan meluncur ke subang.
Tengah malam menjelang subuh aku sampai di rumah sari, aku memaksa minta di tunjukkan makam sari, tapi bapak menolak, katanya aku ahrus nunggu sampai fajar,
Selepas subuh sambil menggendong astari aku diantar bapak kemakam.
Agak jauh dari perkampungan, pemakaman itu terletak di pinggir pesawahan dan sisi sungai besar.
Semerbak mistis bunga kemboja dan bulir-bulir embun pagi di ujung dedaunan, menemani munculnya merah sang mentari yang menjadi penerang jalan dan saksi pertama kali kulihat makam sari.
Gundukan tanah merah di dekat rumpun bambu terletak paling ujung dari barisan makam-makam, tertancap nisan dari papan dan hanya di tulisi spidol berwarna hitam : siti sarifah binti ujang jaenal:
Hampir saja terlepas astari dari pangkuanku, karena lutut benar-benar terasa lemas lunglai, tak kuasa kutahan tangis sambil ku peluk astari. Ia juga ikut menangis sambil memegang pipiku, abi..abi...abi...mama....mama.....
Ya Alloh.. betapa pahit pil kehiudpan yang harus kutelan hari itu, justru disaat aku memulai semuanya, di saat niat itu ada untuk menyempurnakan stetengah dari agamaMU, mengapa Engkau mengambilnya begitu cepat dariku?
Aku meracau, memaki semua hal, sambil terus menggendong astari, bapak hanya mendiamkanku, sambil berkaca-kaca.
Pada akhirnya setelah aku tenang..
Allohummaghfirlaha, warhamha, waafihi wa’fu anha... wanawir quburaha... 
Hanya kalimat itu yang terucap.
Hari itu, kutinggalkan semua harapan, terkubur bersama jasad sari. Bersama desiran angin pagi, kurelakan jua ia beristirahat untuk selamanya.
Sekembalinya kerumah orang tua sari, bapak memberikan sepucuk surat dari sari yang salah satu isinya, jika aku berkenan, aku boleh memelihara astari, tentu saja aku mau, hanya astarilah kenanganku dari sari, aku ingin menjaganya, memeliharanya dan membesarkannya.
Namun keluarga bapak bersikeras menolak, akhirnya aku mengalah, kutinggalkan juga astari bersama orang tua sari.

Bahwa pernah suatu waktu dalam bagian hidupku ada seorang istimewa bernama sari yang ikut mengukir hari-hariku.
Wanita luar biasa yang tak pernah menuntut apa-apa, dan bisa menerimaku apa adanya. Yang menjaga cintanya untukku sampai mati.
Hingga jiwanya sudah tidak bersatu lagi dengan nyata ia tetap mempercayaiku.
Namun sekalinya ia meminta, permintaannya untuk astari ikut denganku tak bisa kupenuhi karena dilarang orang tuanya.
Ia hanya memintaku satu permintaan... dan aku tak bisa memnuhinya...
Kutulis ini untuk pembelajaran bagi yang membaca, bahwa cinta itu bukan sekedar hal biasa, bahwa cinta itu menakjubkan, meluruhkan semua batasan, meniadakan status dan hanya penerimaan tulus pemberian yang ikhlas tiang cinta yang mampu menjaga sampai nyawa terlepas dari raga....
Kadang.. saat malam terasa sangat kejam padaku, aku duduk bersendiri dalam gelap,
Kupejamkan mata dan kubayangkan sari sedang tersenyum.. sama halnya malam ini...
I’m sorry sari.....


Cibarusah, februari 2006
Kang nana





si Pohon mangga

suatu hari...
seorang manusia memakan buah mangga yang ranum, setelah selesai ia melemparkan biji mangga keluar pagar, dengan takdir, tumbuhlah sipohon mangga, dahan yang menganyam indah daun lebat memayungi, dan pohon kokoh dengan akar kuat menghujam perut bumi, banyak orang silih berganti berteduh saat hujan atau terik panas mendera, dengan senang hati sipohon mangga memayungi tanpa meminta balasan.
suatu hari datang seorang manusia, ia membawa golok, menyabit, mengayunkan golok mengenai batang pohon si mangga, sambil berkata "dassar pohon mangga yang gak berguna, biar kusayat-sayat kulit pohonmu supaya cepat berbuah" pernahkah si manusia berfikir kalo pohon ini merasa sakit? getah itu darah.. pernahkah pohon mangga mengeluh??
lantas..
sang pohon menumbuhkan bunganya, memang tidak indah seperti rupa warna bunga lain, hanya berupa bulir2, namun yang membedakan aroma wanginya.. begitu mengalun sendu membuat siapapun yang lewat melirik, namun ternyata wangi itu mengundang kumbang-kumbang luar menyambangi, banyak yang hinggap dan menghisap madunya, menjadikan bunga yang tiada indah itu layu tak menjadi buah, pernahkah sipohon berkata "jangan ambil bungaku, karena hanya itu yang kupunya untuk kuperlihatkan pada semuanya" namun sikumbang itu tak pernah mendengar jeritan nelangsa sang pohon mangga.
hingga bertumbuhlah buah, muda dan di tempatkannya di pucuk-pucuk pohon teratas, menghiasi rindangnya daun, hanya itu kecantikan si pohon mangga yang terpancar, saksi kecintaan yang ia tumbuhkan menjadi bunga.
suatu hari...
datang manusia manusia membawa bambu, menyogok menghantam buah-buah sang pohon, menyayat melukai daundaun yang rindang, dipukulkannya bambu-bambu itu mengenainya, pernahkah si pohon berkata "tiadakah kalian tahu? aku merasa tersayat-sayat sembilu yang tajam, melukai batang pohon, daun muda, dan buah mangga kecintaanku? kenapa begitu kejam hanya demi mendapat buah cintaku?"
namun..
di lepaskannya jua sang buah kecintaan, ia biarkan lepas untuk ornag-orang yamng telah menghajarnya dengan kejam, ia masih memberikan semua yang ia punya pada orang yang telah melukainya dengan tajam...
hingga suatu saat...
setahun lamanya sang pohon mangga menahan diri dari semuanya..
ia menikmati luka demi lukanya sendiri.. menaungi diri dari sinar mentari dan menjauhi dunia luar dalam sepi...
hingga suatu saat..
muncul seorang manusioa dengan air ditangannya..
ia menyiramkan air pada batang sipohon mangga hingga terlihat tumbuh dan menghijau kembali...
sipohon mangga berbisik "dari sekian banyak manusia yang memperlakukanku dengan kejam, ternyata masih ada manusia yang membawakan air untukku"
suatu hari manusia itu datang dengan pupuk di tangannya, ia menoreh tanah dan menghamparkan pupuk menjadikan subur kembali si pohon, melesatkan kembali gairah hidupnya....
"ternyata begitu sempurna orang ini, hadir dan menjadikanku indah tanpa kuminta, nyaman tanpa terkata... baiklah... aku bersiap menumbuhkan kembang bakal buahku... dan sekarang aku siap mempersembahkan yang terbaik untuknya..."
dan keesokkan harinya... si manusia datang kembali... dengan golok di tangannya...
pilihan itu ada di tangannya, apakah sipohon mangga ini akan terus hidup? ataukah golok itu yang akan menumbangkannya menjadi batangan - batangan pohon yang nantinya hanya akan di bakar menjadi arang????

dan jika....
sipohon mangga itu adalah aku... manusia itu adalah hadirmu...
apakah kamu akan merawatku dengan baik? ataukah ditanganmulah semua kecintaanku akan berakhir?? hanya kamu yang mampu menjawabnya....




warm regards


kang_nana

manuskrip senja chapter 2

senada dengan irama alam..
bahwa hujan tidak selalu membawa petaka
saat ini...
hujan begitu kunikmati ...
seringnya.. dalam kesendirian atau saat rasa melankolisnya mendominasi, membayangkan diri sendiri di balik
jendela lebar yang terbuka, menatap jatuhan hujan di pelimbahan ..
samar terdengar lagunya celine dion.. i surrender... menampar-nampar dinding hati menjadi lebih bergairah.
sekuntum cinta yang memucuk terasa akan begitu indah yang bercampur puisi sendu irama kebahagiaan
dengan harpa tanpa dawainya yang berdenting melagukan ekspresi segenap rindu..
hujan terlihat menjadi lebih indah, petir adalah cahaya alami yang menyiratkan keagungan keinginan..
hitamnya langit adalah kesanggupan menangkap seluruh keinginan terpendam...
#air itu.. menyentuh tengahan betis...senyum merekah di bawah payung yang hampir telepas di genggaman..
basahkah baju ini? siapa yang peduli?...
sepatu yang terasa semakin berat dengan kaos kaki yang menimbulkan bunyi basah..
tidak menghentikan langkah..
menuju harapan di penghujung hujan..
dipenghujung senja..
seperti telah kita janjikan
pinngiran hutan beton jakarta adalah tempat yang akan mempertemukan kita..
aku yang berlari kecil berpengharapan..
mengejar ujung pelangi yang menjanjikan impian
impian yang telah terajut begitu dalam
telah terikat begitu kuat
...
aku...
menantimu di penghujung lingkar luar jakarta...
seperti waktu lalu...
kemarin..
dan hari ini..
atau besok-besok...
dan engkau..
datanglah ...
dengan cinta..
dan haraan yang sama...
(bersambung...)
22 April 2013

manuskrip senja

sekiranya pinggang tidak terasa begitu sakit, sepertinya masih betah membolak balik buku ini yang lagi-lagi
tentang kisah cinta, pengkhianatan, permusuhan dan penemuan cinta yang baru..
seperti beberapa hari ini entah kapan tepatnya, ada juga orang yang membuatku merasa gelisah dan
membuatku terjaga hampir sepanjang malam sambil memperhatikan bbm sudah terkirim ato belum? sudah
terbaca atau belum?
konyol kah?
tentu saja tidak.. itu menyenangkan..
bayangkan betapa membosankannya hidup tanpa rasa kepenasaran? pasti flat.. dan tidak berasa apa-apa
sebuah kebodohankah?
tentu saja iya.. itu tindakan paling bodoh yang pernah kulakukan setelah bertahun-tahun lalu, hehehe
apa yang terasa.. mungkin bukan cinta? how come? bertemu saja belum...
ini murni sebuah perasaan polos yang memang ada begitu saja tanpa ada unsur paksaan untuk dihadirkan,
tak perlu mencampur katalis untuk membuatnya bereaksi.. cukup sebuah simbol smile yang terkirim di bbm
dan berharap sepenuh hati itu akan terbalas..
mari kita lihat dua versinya
versi pertama
saya melihat diri saya sebagai seorang yang aneh dalam hal cinta, entahlah kenapa? mungkin karena selama
ini belum ada lagi yang mampu menggetarkan hati sampai ke sanubari, begitu kiranya jika meminjam istilah
alay anak sekarang..
sensasi yang sangat menyenangkan dan menenangkan sekiranya simbol smiley itu terbalas, selalu tidak sabar
melihat layar hape dan mendadak menjadi orang yang paling sering melihat status fb.. hehe
versi kedua
saya membayangkan saya adalah seorang laki-laki yang sudah menikah, suami yang telah beristri, dengan
jadwal yang telah terencana dan tujuan yang tentunya sangat jelas untuk keluarga.. karena keluarga dalah
segalanya...
tiba tiba hape berbunyi tanda bbm tiba, biasanya diacuhkan saja, toh paling-paling hal yang gak penting, lebih
penting melemaskan betis dan menikmati waktu santai dengan menjauhi hape, sampai rasa kantuk menyerang
dan tergolek lemas tiada yang diingat diayunkan angin malam ke alam impian.
pagi harinya baru terbaca itu sebuah simbol smiley, iseng di balas di masukkan smiley juga,
terbayangkah anda bagaimana perasaan di versi pertama?
terbayangkah anda apa yang dialami si versi kedua?
saya coba meminjam peribahasa sekarang "selalu ada harga yang harus di bayar untuk yang kamu inginkan"
kira-kira itu mungkin cocok ya untuk si pertama..
ia melihat seluruh dunia ada di versi kedua, singkatnya ia rela mengorbankan waktu berjam-jam sekedar
menunggu balasan bbm.
pendapat anda jika anda versi yang pertama dan kedua?
saya ajukan ke tiga teman yang berbeda, ini jawaban mereka :
2 diantaranya tertawa, sambil bilang .. "versi vertama bodoh"
1 diantaranya merenung dan berkata "saya pernah menyukai seorang gadis yang menurut saya manis, saya
menyelipkan surat diantara bukunya suatu siang selepas istirahat kedua, dan berharap ia akan membalasnya,
saya tau sekolah itu besok pagi, tapi semalamam saya tidak bisa tidur memikirkan balasan apa yang akan di
katakan di suratnya nanti?"
intinya : bukanlah sebuah kesalahan menyukai seseorang dan berusaha sekuat tenaga mengejarnya.
karena perlu perjuangan untuk mendapatkan perhatian seseorang dan itu tidaklah mudah terlebih jika yang di
suka type yang super cuek. atau bahkan ia sudah dimiliki orang lain.dan tentu saja... versi kedua... bagi dunia
anda mungkin hanya salah satu manusia... namun bagi versi pertama anda adalah SELURUH DUNIANYA...
mari objectif melihatnya, jangan melihat salahsatu nya sudah ada ikatan.. kita berbicara bukan sebuah
perselingkuhan gila..
kita berbicara tentang rasa suka yang bahkan kita tidak pernah meminta kepada siapa kita akan suka?
hehe...
sekarang kita melangkah kedalam sesuatu yang lebih jauh
sekiranya versi pertama adalah seorang gadis, dan versi kedua adalah orang dewasa yang telah menikah,
sampailah mereka pada sebuah pertemuan membahagiakan untuk si gadis, dan menuntaskan kepenasaran
bagi si pria.
dan mereka sama-sama jatuh cinta..
salahkah cinta mereka?
tentu saja tidak sejauh itu berbicara cinta
yang menjadi hal tersebut sangat salah adalah cara mereka mengekspresikan cinta mereka, sehingga terjadi
perselingkuhan yang beresiko.
pernahkah kita bertanya : kenapa bisa seorang gadis terpengaruh pesona si pria yang sudah menikah?
atau... tidak berfikirkah si pria tentang keluarganya?
tentu saja mereka sama-sama bingung juga... namun mawar berduri keburu tumbuh menguncup di lumpur
busuk,
tentu saja harumnya mawar cinta tidak akan kentara, yang tercium hanya bau busuk lumpur ...
jadi jangan salahkan cintanya, jangan kambing hitamkan perasaannya...
ekspresi dalam bentuk tindakan nyata nya yang harus di hindari...