Senin, 06 Januari 2014

seandainya saya ...

sekiranya saya adalah seorang KIHAJAR DEWANTARA, tentunya saya akan menangis tersedu-sedu, melihat tingkah polah anak-anak didik kita yang baru menyelesaikan pendidikan tenggelam begitu larut dalam
euphoria yang berlebihan, hanya untuk sebuah perayaan kelulusan.corat-coret dimana-mana, berkonvoy
sampai memblokir jalanan, yang tentunya membuat kerugian berantai untuk tiap keterlambatan yang
diakibatkan ulah mereka.sedih rasanya sebagai seorang pendidik, bertahun berusaha membina mental mandiri dan menanamkan harapan yang besar agar mereka menjadi manusia-manusia yang hormat dan bermartabat
yang akan mensejajarkan bangsa kita yang mengalami berbagai kemunduran.tidakkah mereka tau...sejarah
mencatat, pada tahun 1970-an, guru-guru kita di kirim ke malaysia untuk mengajari anak-anak mereka,
memberikan pengetahuan yang baik untuk menjadikan anak-anak bangsa malaysia menjadi anak-anak yang
berhasil, seperti berhasilnya pendidikan di indonesia pada saat itu, yang terbukti, kaum akademisi dan kaum
intelektual zaman itu banyak yang menjadi orag-orang terkenal dan menjadi orang-orang besar baik dinegeri
sendiri dan dinegeri orang.
alangkah mundurnya bangsa kita sekarang... bangsa yang dulu meminta bantuan kita untuk mengajari anak-
anak nya karena mereka kekurangan tenaga guru, kini menjadi bangsa yang berkembang menjadi negara
maju, dengan perekonomian yang lebih kuat dan stabil dari bangsa kita.sekiranya mundur ke tahun yang lebih
awal,di tahun 1940-an, saat amerika memborbardir nagasaki dan hiroshima yang menjadi jantung jepang saat itu, bangsa jepang berada diambang kehancuran, dan menakjubkannya pasca peledakkan bom itu, mereka menghitung jumlah sekolah yang masih bisa di fungsikan, mereka menghitung jumlah dokter yang ada, dan
mereka menghitung jumlah guru yang ada, mereka lebih memilih memajukan sektor pendidikan dan kesehatan
mereka diatas kepentingan lain, sehingga kurang dari 20 tahun sejak saat itu, mereka mampu bangkit menjadi
bangsa yang menguasai perekonomian dan disegani karena mereka memiliki hak paten dengan begitu banyak
hal yang menakjubkan.sekarang...sebetulnya bukanlah saat yang tepat saling menuding, salah siapa dan
beramai-ramai menghakimi sebuah instansi atau seseorang yang kita tuntut pertanggung jawabannya.kita
sekarang menjadi bangsa yang mempunyai kuantitas pendidikan, yang terbukti dengan begitu banyak
akademisi yang memepunyai jenjang pendidikan tinggi, tidak terhitung banyaknya SI dan SII, atau mereka yang
bergelar doktor dan profesor, namun kita minim sekali kualitas, yang dibuktikan dengan begitu banyaknya
akademisi yang berprestasi namun tidak bisa mandiri.betapa kecewanya saya...jika saya adalah Kihajar
Dewantara...sekiranya saya mampu berteriak kepada mereka para pemegang tampuk kuasa yang merancang sistem pendidikan, ingin sekali saya berkata, dari 40 jam kurikulum yang ada seharusnya pendidikan agama
mendapat porsi yang lebih banyak dari sekedar 2 jam saja, sampai hari ini kita memang bisa mencerdaskan
kehidupan bangsa, hanya mencerdaskan saja, belum membuat mereka mempunyai nilai nasionalis yang tinggi
untuk negeri tercinta kita.begitu maraknya korupsi dan penyalahgunaan wewenang kekuasaan, sepertinya PR
kita sebagai pendidik negeri ini, untuk menjadikan anak-anak kita kedepan menjadi anak-anak yang mengerti benar, arti dari "hubbul wathon minal iman" dan benar-benar menjadi amir-amir yang kalimatnya didengar karena menempatkan kepentingan rakyat di porsi yang lebih besar daripada kepentingan pribadi dan golongannya.
Kihajar dewantara... maafkan kami...
7 Juni 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar