PENGERTIAN DASAR PSIKOLINGUISTIK
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan berkah
serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami
berhasil menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Konsep Dasar
Psikolinguistik“. Makalah ini berisikan tentang pengertian, penjelasan serta
pemaparan tentang judul diatas. Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapat
banyak kesulitan karena kurangya sumber referensi buku untuk penyusunan makalah
ini, tetapi itu semua kami jadikan tantangan untuk dapat bertanggung jawab
dalam mengerjakan tugas ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta membantu dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir.
Jakarta, 07 Oktober 2018
Penulis
BAB II
PEMBAHASAN
A.Sejarah
Lahirnya Psikolinguistik
Psikolinguistik
adalah ilmu hibrida yakni ilmu yang merupakan gabungan antara dua ilmu:
psikologi dan linguistik. Benih ilmu ini sebenarnya sudah tampak pada permulaan
abad ke 20 tatkala psikolog Jerman Wilhelm Wundt menyatakan bahwa bahasa dapat
dijelaskan dengan dasar-dasar prinsip psikologis (Kess, 1992). Pada waktu itu
bahasa mulai mengalami perubahan dari sifatnya yang estetik dan kultural ke
suatu pendekatan yang “ilmiah”.
Sementara
itu, di benua Amerika kaitan antara bahasa dengan ilmu jiwa juga mulai tumbuh.
Perkembangan ini dapat dibagi menjadi empat tahap (Kess, 1992): (1) tahap
formatif, (2) tahap linguistik, (3) tahap kognitif, dan (4) tahap teori
psikolinguistik, realita psikologis, dan ilmu kognitif.
1.
Tahap Formatif
Pada
pertengahan abad ke 20 John W. Gardner, seorang psikolog dari Carnegie
Corporation, Amerika, mulai menggagas hibridasi (penggabungan)nkedua ilmu ini.
Ide ini kemudian dikembangkan oleh psikolog lain, John B. Carrol, yang pada
tahun 1951 menyelenggarakan seminar di Universitas Cornell untuk merintis
keterkaitan antara kedus disiplin ilmu ini. Pertemuan itu di lanjutkan pada
tahun 1953 di Uniiversitas Indiana. Hasil pertemuan ini membuat gema yang
begitu kuat di antara para ahli ilmu jiwa maupunahli bahasa sehingga banyak
penelitian yang kemudian dilakukan terarah pada kaitan antara kedua ilmu ini
(Osgood dan Sebeok, 1954). Pada saat itulah istilah psycholinguistics pertama
kali dipakai. Kelompok ini kemudian mendukung penelitian mengenai relativitas
bahasa maupun universal bahasa. Pandangan tentang relativitas bahasa seperti
dikemukakan oleh Benjamin Lee Whorf (1956) dan universal bahasa seperti dalam
karya Greenberg (1963) merupakan karya-karya pertama dalam bidang
psikolinguistik.
2. Tahap
Linguistik
Perkembangan
ilmu linguistik, yang semula berorientasi pada aliran behaviorisme dan kemudian
beralih ke mentalisme (nativisme) pada tahun 1957 dengan diterbitkannya buku
chomsky, sytactic structures, dan kritik tajam dari Chomsky terhadap
teori behavioristik B>F Skinner (Chmsky 1959) telah membuat psikolinguistik
sebagai ilmu yang banyak diminati orang. Hal ini makin berkembang karena
pandangan Chimsky tentang universal bahasa makin mengarah pada pemerolehan
bahasa.
Kesamaan
dalam strategi ini didukung pula oleh berkembangnya ilmu neurolinguistik
(Caplan 1987) dan biolinguistik (Lenneberg, 1967; Jenkins 2000). Studi dalam neurolinguistik
menunjukkan bahwa manusia ditakdirkan memiliki otak yang brbeda dengan primat
lain, baik dalam struktur maupun fungsinya. Dari segi biologi, manusia juga
ditakdirkan memiliki struktur biologi yang berbeda dengan binatang.
Bilinguistik,
yang merupakan ilmu hibrida antara biologi dan linguistik, bergerak lebih luas
karena ilmu ini merujuk pada pengetahuan kebahasaan manusia yakni pengetahuan
seperti apa yang dimiliki manusia sehingga dia dapat berbahasa, dari mana
datangnya pengetahuan itu sudah ada sejak manusia dilahirkan atau diperoleh
dari lingkungan setelah manusia dilahirkan, pengetahuan yang kita miliki
parameter apa yang kita pakai untuk mengolah dan mencerna input yang
masuk pada kita, peran otak manusia yang membedakannya dengan otak binatang,
dan dan pemerolehan bahasa adalah unik untuk manusia (species specific) hanya
manusialah yang dapat berbahasa.
3. Tahap
Kognitif
Pada tahap
ini psikolinguistik mulai mengarah pada peran kognisi dan landasan biologis
manusia dalam pemerolehan bahasa. Pelopor seperti Chomsky mengatakan bahwa
linguis itu sebenarnya adalah psikolog kognitif. Pemerolehan bahasa pada
manusia bukanlah penguasaan komponen bahasa tanpa berlandaskan pada
prinsip-prinsip kognitif.
Pada tahap
ini orang juga mulai berbicara tentang peran biologi pada bahasa karena mereka
mulai merasa bahwa biologi merupakan landasan di mana bahasa itu tumbuh.
Orang-orang seperti Chomsky dan Lenneberg mengatakan bahwa pertumbuhan bahasa
seorang manusia itu terkait secara genetic dengan pertumbuhan biologinya.
4. Tahap
Teori Psikolinguistik
Pada tahap
akhir ini, psikologi tidak lagi berdiri sebagai ilmu yang terpisah dari
ilmu-ilmu lain karena pemerolehan dan penggunaan bahasa manusia menyangkut
banyak cabang ilmu pengetahuan yang lain. Psikologi tidak lagi terdiri dari psiko
dan linguistik saja tetapi juga menyangkut ilmu-ilmu lain seperti
neurologi, filsafat, primatologi dan genetika.
Neurologi
mempunyai peran yang sangat erat dengan bahasa karena kemampuan manusia
berbahasa ternyata bukan karena lingkungan tetapi karena kodrat neurologis yang
dibawanya sejak lahir. Tanpa otak dengan fungsi-fungsinya yang kita miliki
seperti sekarang ini, mustahillah manusia dapat berbahasa. Ilmu filsafat juga
kembali memegang peran karena pemerolehan pengetahuan merupakan masalah yang
sudah dari jaman purba menjadi perdebatan diantara para fikosof – apa
pengetahuan itu dan bagaimana manusia memperoleh pengetahuan. Primatologi dan
genetika mengkaji sampai seberapa jauh bahasa itu milik khusus manusia dan
bagaimana genetika terkait dengan pertumbuhan bahasa.
Dengan kata
lain, psikolinguistik kini telah menjadi ilmu yang ditopang oleh ilmu-ilmu yang
lain.
B. Definisi
Psikolinguistik
Orang
memberikan definisi yang berbeda-beda pada psikolinguistik meskipun pada
esensinya sama. Aitcison (1998: 1) mendefinisikannya sebagai suatu “studi
tentang bahasa dan minda”. Harley (2001: 1) menyebutnya sebagai suatu “studi
tentang proses-proses mental dalam pemakaian bahasa”. Sementara itu, Clark dan
Clark (1977: 4) menyatakan bahwa psikologi bahasa berkaitan dengan tiga hal
utama: komprehensi, produksi, dan pemerolehan bahasa. Dari definisi definisi
ini dapatlah disimpulkan bahwa psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari
proses-proses mental yang dilalui oleh manusia dalam rangka bahasa.
Secara rinci
psikolinguistik mempelajari empat topik utama: (a) komprehensi, yakni
proses-proses mental yang dilalui oleh manusia sehingga mereka dapat menangkap
apa yang dikatakan orang dan memahami apa yang dimaksud, (b) produksi, yakni
proses-proses mental pada diri kita yang yang membuat kita dapat berujar
seperti yang kita ujarkan, (c) landasan biologis serta neurologis yang membuat
manusia bisa berbahasa, dan (d) pemerolehan bahasa, yakni bagaimana anak
memperoleh bahasa mereka.
C.Kodrat Bahasa
Meskipun di
satu pihak ada beberapa persamaan, di pihak lain ada ciri-ciri khusus yang
membedakan bahasa manusia dengan bahasa binatang.
Pertama, bahasa
manusia (mulai sekarang: bahasa) memiliki ketergantungan struktur (strycture-dependence).
Suatu rentetan kata dalam kalimat tidak membentuk rentetan yang acak tetapi
satu bergantung pada yang lain. Urutan kata memang tampak linier tetapi satu
kata dengan satu kata yang lain membentuk suatu struktur yang hierarkhis.
Kedua, bahasa dan
pemakai bahasa itu kreatif. Dari segi pemakai bahasa, dia kreatif karena dia
memiliki kemampuan untuk memahami dan mengujarkan ujaran baru mana pun. Ujaran
yang kita dengar kapan pun juga tidak pernah ada yang sama dengan ujaran yang
kita dengar sebelumnya, meskipun topiknya sama. Namun demikian, kita dapat
memahaminya. Begitu pula dalam belajar: kita tidak pernah mengeluarkan ujaran
yang persis sama, kalau pun kita berbicara tentang hal yang sama. Sifat kreatif
ini hanya ada pada manusia.
Ketiga, bahasa
dapat digunakan untuk mengungkapkan situasi atau peristiwa yang sudah lampau
atau yang belum terjadi dan bahkan untuk sesuatu yang dibayang-bayangkan.
Keempat, bahasa
memiliki struktur ganda yang dinamakan struktur bathin (deep structure)
dan struktur lahir (surfsce structure). Dalam banyak hal kedua struktur
ini memang menyatu sehingga tidak tampak adanya perbedaan.
Kelima, bahasa itu
diperoleh secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain.
Keenam, hubungan
antara kata dengan benda, perbuatan, atau keadaan yang dirujuknya itu arbitrer
(arbitrary).
Ketujuh, bahasa
memiliki pola dualitas, artinya bunyi-bunyi itu sendiri sebenarnya tidak
mempunyai makna dan baru bermakna setelah bunyi-bunyi itu kita gabungkan.
Kedelapan, bahasa itu
memiliki semantisitas, artinya bahwa begitu sebuah nama diberikan maka nama itu
akan selalu merujuk pada konsep benda itu, meskipun benda itu sebenarnya tidak
memenuhi syarat untuk nama itu.
D.
Definisi Bahasa
Dari
gambaran ciri-ciri di atas, bahasa bisa didefinisikan dari pelbagai sudut
pandang. Namun bahasa yang banyak dipakai orang adalah: bahasa adalah suatu
sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat
bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan pada
budaya yang mereka miliki bersama.
Sistem
bahasa adalah sistem yang terdiri dari simbol-simbol dan memiliki elemen-elemen
beserta hubungan satu sama lainnya yang akhirnya membentuk suatu konstituen
yang sifatnya hierarkhis.
E.
Komponen Bahasa
Pada aliran
linguistik mana pun bahasa selalu dikatakan memiliki tiga komponen: sintatik,
fonologi, dan semantik.
Komponen
sintaksis, menangani ihwal yang berkaitan dengan kata, frasa, dan kalimat.
Komponen
fonologi, menangani ihwal yang berkaitan dengan bunyi dan bersifat interpretif.
Bunyi merupakan simbol lisan yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan
apapun yang ingin disampaikan.
Komponen
semantik, membahas ijwal makna. Dalam komponen ini kata tidak hanya diberi makna
seperti yang terdapat pada kebanyakan kamus, tetapi juga diberi rincian makna
yang disebut fitur semantik.
F.
Waktu Pemerolehan Bahasa Dimulai
Berbahasa
mencakup komprehensi maupun produksi maka sebenarnya anak sudah mulai berbahasa
sebelum dia dilahirkan. Melalui saluran intrauterine anak telah
terekspos pada bahasa manusia waktu dia masih janin (Kent dan Miolo 1996: 304).
Kata-kata dari ibunya tiap hari dia dengar dan secara biologis kata-kata itu
“masuk” ke janin. Kata-kaya ibunya ini rupanya “tertanam” pada janin anak.
G.
Perkembangan Bahasa
1.
Aspek Neurologi
Neurologi
mempunyai peran yang sangat erat dengan bahasa karena kemampuan manusia
berbahasa ternyata bukan karena lingkungan tetapi karena kodrat neurologis yang
dibawanya sejak lahir. Tanpa otak dengan fungsi-fungsinya yang kita miliki
sekarang ini, mustahillah manusia dapat berbahasa.
1.
a. Evolusi Otak Manusia
Manusia
tumbuh secara gradual dari suatu bentuk ke bentuk lain selama berjuta-juta
tahun. Salah satu pertumbuhan yang telah diselidiki oleh para ahli
Palaeneurologi menunjukkan bahwa evolusi otak dari primat Austrolopithecus
sampai dengan manusia pada masa kini telah berlangsung sekitar 3 juta tahun.
Hal ini tampak paling tidak pada ukuran otak yang membesar dari 400 miligram menjadi
1400 miligram pada kurun waktu 3-4 juta tahun yang lalu.
Perkembangan otak ini dapat dibagi menjadi empat tahap . Tahap pertama adalah
tahap perkembangan. Tahap kedua adalah adanya perubahan reorganisasi pada otak.
Tahap ketiga adalah munculnya sistem fiber yang berbeda-beda pada daerah-daerah
tertentu melalui corpus callosum. Tahap terakhir adalah munculnya dua hemisfir
yang asimitris.
1.
b. Otak Manusia VS Otak
Binatang
Di samping
bentuk tubuh dan ciri-ciri fisikal yang lainnya,yang membedakan manusia dari
binatang adalah terutama otaknya.Di bandingkan dengan binatang lain seperti
monyet dan anjing, volume otak manusia memang lebih besar.Akan tetapi yang
memisahkan manusia dari kelompok binatang, khususnya dalam hal penggunaan
bahasa, bukanlah ukuran dan bobot otaknya.Manusia berbeda dari binatang
karena struktur dan organisasi otaknya berbeda sehingga fungsi dan
penggunaannya berbeda pula dalam hal bahasa.
1.
1. Otak Manusia
Dari segi
ukurannya berat otak manusia adalah 1 sampai 1,5 kilogram dengan rata-rata 1330
gram. Untuk ukuran orang barat, ini adalah 2% dari berat badannya;untuk manusia
Indonesia bahkan mungkin kurang dari itu.Akan tetapi ukuran sekecil ini
menyedot 15%dari seluruh peredaran darah dari jantung dan memerlukan 20% dari
sumber daya metabolic manusia.Dengan demikian dari data di atas bahwa otak
memerlukan perhatian khusus dari badan kita.
Seluruh
system saraf kita terdiri dari dua bagian utama: tulang punggung yang terdiri
dari sederetan tulang punggung yang bersambung-sambungan dan otakitu sendiri
terdiri dari dua bagian : batang otak , korteks selebral. tulang punggung dan
korteks selebral ini merupakan system saraf sentral untuk manusia.segala apa
yang dilakukan manusia baik beryupa kegiatan fisik maupun mental itu dikendalikan
oleh system syaraf ini.
Batang otak
terdiri dari bagian-bagian yang dinamakan Medulla , Pons , Otak tengah , dan
Cerebellum.Bagian-bagian ini terutama berkaitan dengan fungsi fisikal tubuh ,
termasuk pernapasan , detak jantung , gerakan , reflex , pencernaan dan
pemunculan emosi. Korteks selebral menangani fungsi-fungsi intelektual dan
bahasa.
Korteks
selebral manusia terdiri dari dua bagian;hemisfer kiri dan hemisfer kanan.
Kedua hemisfer ini dihubungkan oleh sekitar 200 juta fiberyang dinamakan korpus
kalosum.
Hemisfer
kiri mengendalikan semua anggota badan yang ada di sebelah kanan . sebaliknya,
hemisfer kanan mengontrol anggota badan dan wajah sebelah kiri. jadi kedua
hemisfer ini saling silang, yang kiri mengontrol yang kanan dan yang kanan
mewngontrol yang yang kiri.Corpus kalosum bertugas nmengintegrasi dan
mengkoordinir apa yang dilakukan oleh kedua hemisfer tersebut.
Mata dan
telinga diatur agak berbeda. Pada tiap mata dan telinga terdapat sambungan
syaraf ke hemisfer kirimaupun kanan, meskipun jumlahnya berbeda . jadi dari
mata kiri misalnya ada “sambungan kabel” kedua hemisfer tersebut;hanya saja
hemisfer kanan lebih banyak dari pada yang ke hemisfger kiri, hal itubjuga
terjadi pada mata yang sebelah kanan. Karena system “pengkabelan”yang seperti
in , maka kalau salah satu mata kita terganggu atau bahkan buta, kita masih
bias melihat objek secara utuh, begitu juga pada pendengaran.
Wujud fisik
dari hemisfer kiri dan hemisfer kanan hamper merupakan pantulan cermin tetapi
ada sedikit perbedaan , misalnya pada hemisfer kiri ada daerah yakni daerah
Wernicke, yang lebih luas dari bagian yang sama di hemisfer kanan . Karena
dalam kaitannya dengan bahasa yang paling banyak berperan adalah hemisfer kiri.
1.
2. Otak Binatang
Evolusi otak
pada manusia dan pada makhluk lain berbeda. Pada makhluk seperti ikan , tikus ,
dan burung misalnya korteks selebral boleh dikatakan tidak tampak padahal
korteks inilah yang sangat berkembang pada manusia. Pada makhlulm lain seperti
simpanse dan juda gorilla juga tidak terdapat daerah-daerrah yang dipakai untuk
memproses bahasa.
1.
c. Kaitan Otak
dengan Bahasa
Dari
struktur serta organisasi otak manusia bahwa otak memegang peranan penting
dalam bahasa.
Apabila
input yang masuk dalam keadaan lisan, maka bunyi itu di tanggapi di lobe
temporal, khususnya oleh korteks primer pendengaran.disini input tadi diolah
secara rinci sekali,setelah diterima, dicerna dan diolah maka bunyi bahasa tadi
dikirim kedaerah Wernicke untuk diinterpresentasikan.Didaerah ini bunyi-bunyi
itu dipilah-pilah menjadi kata .frasa, klausa dan akhir kalimat. Setelah diberi
makna dan dipahami isinya, maka bada jalur kemungkinan , bila masukan tadi
hanya sekedar informasi yang tidak perlu untuk di tanggapi , maka masukan
tadi cukup disimpan saja dalam memori.bila masukan tadi perlu ditanggapi secara
verbal, maka interpresensi ini dikirim ke daerah Broca melalui Fasikulus
Arkuat.Bila input yang masuk bukan dalam bentuk lisan , tetapi dalam bentuk
tulisan, maka jalur pemrosesannya agak berbeda. Masukan tidak ditanggapi
oleh korteks primer pendengaran tetapi oleh korteks visual di lobe osipital.
1.
d. Peran Hemisfer Kiri
dan Kanan
Hemisfer
merupakan hemisfer yang bertanggung jawab tentang ihwal kebahasaan.
Dari hasil operasi yang dinamakan
hemispherectomy, perasi dimana satu hemisfer diambil dalam rangka mencegah
epilepsi , terbukti juga bahwa bila hemisfer kiri yang di ambil maka kemampuan
berbahasa orang itu menurun dengan drastis, sebalikny bila yang di ambil adalah
hemisfer kanan maka orang tersebut masih dapat berbicara meskipun tidak
sempurna.
Disamping
itu, ada hal-hal yang berkaitan dengan bahasa yang ternyata ditangani oleh
hemisfer kanan.Dari orang-orang yang hemisfer kananya terganggu didapati bahwa
kemampuam mereka dalam mengurutkan suatu peristiwa sebuah cerita atau narasi
menjadi kacau.juga mendapatkan kesukaran dalam menarik inferensi,tidak dapat
mendeteksi kalimat ambigu juga kesukaran dalam memahami metafora maupun
sarkasme.
1.
2.
Aspek Biologi
Di samping
struktur mulut manusia yang secara biologis berbeda dengan struktur mulut
binatang, bahasa juga terkait dengan biologi dari segi yang lain. Hal ini
terutama tampak pada proses pemerolehan bahasa.Di mana pun juga di dunia ini,
anak memperoleh bahasa dengan melalui proses yang sama. Antara umur 6 sampai 8
minggu, anak mulai mendekut (cooing), yakni, mereka mengeluarkan
bunyi-bunyi yang menyerupai bunyi vokal dan konsonan. Bunyi-bunyi ini belum
dapat diidentifikasi sebagai bunyi apa, tapi sudah merupakan bunyi. Pada
sekitar 6 bulan mulailah anak dengan celoteh (babbling), yakni,
mengeluarkan bunyi yang berupa suku kata. Pada umur sekitar 1 tahun, anak mulai
mengeluarkan bunyi yang dapat diidentifikasi sebagai kata. Untuk bahasa yang
kebanyakan monomorfemik (bersuku kata satu) maka suku itu, atau sebagian dari
suku, mulai di ujarkan. Untuk bahasa yang kebanyakan polimorfemik, maka suku
akhirlah yang diucapkan. Itu balum tentu lengkap. Untuk kata ikan, misalnya,
anak akan mengatakan /tan/ (lihat Djardjowidjojo 2000). Kemudian anak akan
mulai berujar dengan ujaran satu kata (one word utterance), lalu
menjelang umur 2 tahun mulailah dengan ujaran dua kata (two word utterance).
Akhirnya, sekitar umur 4-5 tahun anak akan telah dapat berkomunikasi dengan
lancar.
Patokan minggu,
bulan, dan tahun haruslah dianggap relatif karena faktor biologi pada manusia
itu tidak semuanya sama. Yang penting dari patokan itu adalah bahwa urutan
pemerolehan pada anak itu sama: dari dekutan, ke celotehan, ke ujaran satu
kata, dan kemudian ke ujaran dua kata, dan seterusnya. Begitu juga dalam hal
komprehensi dan produksi. Anak dimanapun dan dalam bahasa apapun menguasai
komprehensi lebih dulu daripada produksi.
Manusia
dapat menguasai bahasa secara natif hanya kalau prosesnya dilakukan antara umur
tertentu, yakni, antara umur 2 sampai sekitar 12 tahun. Di atas umur 12 orang
tidak akan dapat menguasai aksen bahasa tersebut dengan sempurna.
Dengan
fakta-fakta seperti dipaparkan di atas maka pandangan masa kini mengenai bahasa
menyatakan bahwa bahasa adalah fenomena biologis, khususnya fenomena biologi
perkembangan. Arah dan jadwal munculnya suatu elemen dalam bahasa adalah
masalah genetik. Orang tidak dapat mempercepat atau memperlambat munculnya
suatu elemen bahasa.
Faktor
lingkungan memang penting, tetapi faktor itu hanya memicu apa yang sudah ada
pada biologi manusia. Echa, subjek penelitian Djardjowidjojo (2000), beberapa
kali dipancing untuk mengeluarkan bunyi /j/ dan /r/ dalam bahasa Indonesia,
tetapi tetap saja tidak dapat mengeluarkan kedua bunyi itu sampai keadaan
biologisnya memungkinkannya.
KAJIAN
MANDIRI
MEMORI,
PIKIRAN, DAN BAHASA
Memori
merupakan bagian integral dari eksistensi manusia. Komunikasi dengan sesama
manusia akan terhenti karena tanggapan terhadap ujian intelektor ditentukan
pula oleh kemampuan memori kita untuk menerima dan menyimpan input itu
untuk jangka waktu yang pendek dan secara sementara. Kita juga tidak akan bisa
melanjutkan ujaran kita tanpa kita dapat mengingat apa yang baru saja kita
ucapkan.
1. Sekilas
Tentang Kajian Memori
Sampai
dengan akhir abad ke 19, studi tentang memori kebanyakan dilakukan oleh para
ahli filsafat. Akan tetapi, pada abad ke 20 secara gradual fokus penelitian
beralih ke studi yang sifatnya eksperimental yang mula-mula dilakukan oleh para
psikolog tetapi kemudian juga oleh para biolog.Sejak Socrates pertama-tama
menyatakan bahwa manusia memiliki bekal kodrati waktu lahir.
Menjelang
pertengahan abad ke 19 keberhasilan ilmu eksperimental di bidang fisika dan
kimia mulai menarik perhatian mereka yang berkecimpung dalam bidang perilaku (behavior)
dan minda. Eksplorasi filosofis secara perlahan telah digantikan dengan studi
empirikal oleh kelompok yang kemudian dikenal dengan nama psikolog
eksperimental yang dipelopori oleh ahli psikologi Jerman Herman Ebbinghaus
(1850- 1909). Dialah yang pertama-tama berhasilk membawa studi tentang memori
ke laboratorium (Ssquire dan Kandel 1993: 3-4) untuk dipelajari secara objektif
dan kuantitatif. Dari penelitiannya muncul adanya dua macam memori: memori yang
hidup singkat dan memori yang hidup lama. Dia dapati pula bahwa pengulangan
membuat memori lebih panjang.
Psikolog
Amerika William James tahun 1980-an kemudian mengembangkannya lebih lanjut
dengan lebih menajamkan perbedaan antara memori jangka pendek (disingkat:
memori pendek, short-term memory) dengan memori jangka panjang (memori
panjang, long-term memory).
Pada abad ke
20 psikolog Rusia Ivan Pavlov mengajukan teorinya yang kemudian dikenal sebagai
classical conditioning sementara Edward thorndike dari Amerika
mengajukan operant, atau experimental, conditioning yang kemudian
lebih dikenal sebagai trial-and-eror learning.
2. Dimana
Memori Disimpan?
Mengenai
daerah mana memori disimpan, para ahli masih berbeda pendapat. Orang ang banyak
disebut sebagai pelopor mengenai tempat memori di otak adalah Karl Lashley
(1980-1958), psikolog di universitas Hardvard. Dari penelitiannya terhadap
tikus pada tahun 20-an, dia dapati memori tidak berada pada suatu titik atau
daerah tertentu di otak. Banyak bagian dari otak yang terlibat. Donald O. Hebb,
universitas McGill, mendapati bahwa bagian-bagian ini mempunyai fungsi yang
berbeda-beda, meskipun semuanya menopang penyimpanan memori secara utuh.
Bahwa memori
tidak terletak pada satu tempat di otak juga dikemukakan oleh ahli-ahli lain.
Dengan memakai alat PET Tulving dan Lepage (2000) menunjukkan bahwa memori
memang tidak berada di suatu tempat khusus di otak. Penemuan baru yang menarik
dari penelitian yang dilakukan oleh Kapur dkk (1996) dan Cabeza dkk (1997)
adalah bahwa penyimpanan memori dan retrival memori tidak berada pada tempat
yang sama. Mereka dapati bahwa penyimpanan memori dilakukan oleh hemisfer kiri,
khususnya di korteks prafrontal, korteks cingulate anterior, dan girus
parahippocampal. Sementara itu, retrival memori dilakukan oleh hemisfer kanan
pada tiga daerah yang sama ini. Pola ini kemudian dikenal dengan nama HERA
Hesmispheric Encoding/ Retrival Asymmetry.
3.
Macam-Macam Memori
Memori tidak
hanya satu macam. Penfield dan Roberts (1959: 228-230) menyebutkan adanya
memori pengalaman, memori konseptual, dan memori kata. Memori pengalaman adalah
memori yang berkaitan dengan ihwal-ijwal di masa lalu. Makin lama suatu
pengalaman, makan lama memori itu disimpan dan diingat. Memori konseptual
adalah memori yang dipakai untuk membangun suatu konsep berdasarkan fakta-fakta
yang masuk. Setelah anak diperkenalkan dengan konsep kupu-kupu, misalnya, dan
kemudian melihat gambar-gambar kupu-kupu atau kupu-kupu yang lain, maka si anak
akan membangun konsep mengenai binatang ini sehingga akhirnya tersimpanlah
konsep kupu-kupu itu di memorinya. Memori kata adalah memori yang mengaitkan
konsep dengan wujud bunyi dari konsep tersebut. Seseorang yang lupa nama suatu
benda gagal memanfaatkan memori kata.
Sementara
itu, ada pula yang membagi memori menjadi memori nondeklaratif dan deklaratif
(Squire dan Kandel 1999). Memori nondeklaratif bersifat instingsif berasal dari
pengalaman terjadi terwujud dalam bentuk perubahan perilaku, bukan rekoleksi
terhadap peristiwa masa lalu. Memori deklaratif adalah memori untuk peristiwa,
fakta, kata, muka, musik – segala bentuk pengetahuan yang telah kita peroleh
dalam hidup. Bagaimana memori macam ini diperoleh ditentukan oleh
berbagai faktor. Pertama, unsur keseringan. Makin sering suatu peristiwa
diulang, makin besar kemungkinannya memori untuk peristiwa itu akan tertanam.
Kedua, faktor relevansi. Suatu peristiwa yang dari segi pengalam dirasakan
relevan akan sangat mengesan dan akan menumbuhkan memori yang cukup lama,
bahkan bisa seumur hidup. Ketiga, faktor signifikansi. Suatu hal yang
signifikan umumnya akan diingat cukup lama. Keempat, faktor gladi kotor. Gladi
kotor ini membuat seorang penyanyi atau penyair ingat isi lagu atau syairnya
tetapi juga kata demi katanya. Kelima, faktor keteraturan. Entitas yang ditata
secara teratur akan lebih mudah diingat daripada yang diletakkan secara acak.
Psikolog seperti William James (1841-1910) membagi memori menjadi dua kelompok
besar: memori pendek dan memori panjang. Memori pendek dibagi menjadi dua sub-bagian:
memori sejenak (immediate memory) dan memori kerja (working memory).
4. Memori
dan Hafalan
Hafalan
adalah juga memori tetapi prosesnya berbeda. Memori bisa terbentuk tanpa kita
mengadakan suatu usaha khusus untuk memperolehnya. Kalau seseorang menceritakan
kejadian yang terjadi padanya tadi pagi, kejadian itu akan dapat masuk ke dalam
memori kita hanya dari mendengarkan cerita itu. Sebaliknya, hafalan hanya akan
dapat menjadi memori dengan suatu usaha atau tindakan yang khusus. Seorang
aktor harus mempelajari berulang-ulang (menghafalkan) naskah yang akan
diucapkannya. Dia menyimpan hafalan itu dalam memorinya.
5. Pikiran
dan Bahasa
Pada masa
lalu orang yang banyak memperbincangkan ihwal pikiran dan bahasa adalah para
filosof. Namun diantara mereka sendiri, tidak ada kesepakatan. Sebagian
berpandangan bahwa orang dapat berpikir tanpa memakai bahasa, sementara
sebagian yang lain berpandangan sebaliknya. Filosof seperti Mueller (1887)
berpandangan bahwa bahasa dan pikiran tidak dapat dipisahkan. Manusia tidak
mungkin berpikir tanpa bahasa. Sebaliknya, Sir francis galton menyanggah
pandangan ini.
Psikolog
kemudian melakukan eksperimen untuk mengetahui lebih lanjut masalah ini. Piaget
(1924/55), misalnya, meneliti anak-anak untuk melihat bagaimana bahasa terkait
dengan pikiran. Menurut dia ada dua macam modus pikiran: Pikiran terarah (directed)
atau pikiran inteligen (intelligent) dan pikiran tak-terarah atau
ikiran autistik (autistic). Menurut dia, Kenyataan bahwa anak brbicara
pada orang lain maupun pada dirinya sendiri menimbulkan pertanyaan apakah ada
derajat komunikabilitas pada anak. Piaget percaya hal itu ada dan dia menemukan
bentuk tengah ini sebagai pikiran egosentris dan bentuk bahasanya sebagai
bahasa egosentris. Sosialisasi dengan anak lain menurunkan derajat
egosentrisme. Makin besar sosialisasi itu, makin mengecillah ujaran
egosentrisnay, dan lama-lama hilang.
Sementara
itu, psikolog Rusia Vygotsky (1962) berpandangan bahwa ujaran egosentris tidak
hilang tetapi mengalami transformasi genetik dan berubah menjadi apa yang dia
namakan inner speech, Hubungan antara inner speech dengan external
speech mau-tidak-mau harus memanfaatkan bunyi karena ujaran hanya dapat
terwujud dengan bunyi fonetik. Namun, ini tidak berarti bahwa inner speech hanyalah
wujud batin dari external speech. Inner speech masih tetap suatu ujaran,
yakni, pikiran yang berkaitan dengan kata. Bedanya adalah bahwa pada external
speech pikiran itu terwujudkan dalam kata sedangkan pada inner speech kata-kata
itu lenyap pada saat pikiran itu terbentuk.
Dengan
singkat dapat dikatakan bahwapada saat anak tumbuh, berpikir yang terujarkan
menjadi makin kecil dan setelah dewasa berpikir tidak lagi dilakukan dengan
memakai kata yang terujarkan. Jarak yang makin jauh antara inner speech dengan
bunyi fonetik yang dipakai untuk mewakilinya mempercepat proses berpikir.
DAFTAR REFERENSI
·
http://lathifashofi.wordpress.com/2011/05/10/makalah-psikolinguistik/.
Lathifa Shofi. 7 Maret 2014
·
Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik:
Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. IKAPI Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
·
http://lakubijakbajik.wordpress.com/dirasat/psikolingusitika/psikolinguistik-dalam-pembelajaran-bahasa/
12 September 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar