Sejak revolusi industri yang diawali tahun 1750-1850 di negara-negara Eropa dimana terjadi perubahan secara besar-besaran dalam bidang manufaktur, pertanian, dan pertambangan, sejak itu pula manusia menggali tanah hingga ke lubang-lubang terdalam, mereka mengeruk semua sumberdaya yang ada di bumi demi kepentingan umat manusia, seiring dengan itu, laut pun tidak luput dari eksploitasi besar-besaran hingga saat ini.
Satu sisi, hal ini merupakan sebuah kemajuan bagi peradaban manusia, namun disisi lainnya, ini merupakan sebuah kemunduran besar, karena hutan-hutan di babat beralih fungsi menjadi pemukiman dan lahan industri, banyak tanaman-tanaman penting musnah dan hewan-hewan langka juga ikut musnah. Kemusnahan ini adalah merupakan peran manusia, dengan berdirinya pabrik pabrik dan emisi gas berbahaya juga di lepaskan ke angkasa. hal ini memicu tumbuh suburnya virus-virus dan penyakit bercampur dengan polusi.
Jika melihat sejarah, pandemi yang dialami dunia bukanlah yang pertama kali, manusia pernah mengalami masa-masa sulit jika dilihat berdasarkan urutan tahun, terjadi perseratus tahun sekali. setidaknya itulah yang tercatat dalam buku sejarah dunia.
Manusia di gegerkan dengan wabah pada tahun 1720, dimana disebutkan wabag besar Marseille (The Great Plague of Marseille) bakteri Yerrsinia pestis dibawa dari kapal bernama Grand-saint-Antoine yang bersandar di kota di pelabuhan Perancis. Kapal itu membawa barang-barang dari Mediterania timur, meskipun kapal tersebut dikarantina tetapi wabah menyebar ke kota dan daerah-daerah lainnya dengan perantara tikus yang keluar dari kapal tersebut. Dalam waktu singkat 100.000 orang yang tinggal di kota Marseille dan sekitarnya meninggal.
Pada tahun 1820, pandemi kolera yang berawal dari sungai gangga yang tercemar. pandemi ini mencapai negara Indonesia juga pada saat itu. Sejarah mencatat setidaknya 100.000 orang meninggal di pulau jawa pada saat itu.
Pada tahun 1920, atau setidaknya pada tahun tersebut karena para peneliti tidak bisa memperkirakan tahun tepatnya. Pertama kalinya Flu Spanyol menjadi pandemi, Sejarah mencatat setidaknya 500 juta orang terinfeksi dan 20 juta diantaranya meninggal dunia.
Tahun ini 2020, dunia kembali dilanda virus mematikan yang belum ada obatnya, dinamai Covid-19 karena virus ini di perkirakan berasal dari kelelawar yang menulari manusia dan berinkubasi menjadi virus mematikan di tubuh manusia.
Kejadian tahun ini yang tercatat dalam sejarah dunia, memaksa seluruh manusia di muka bumi ini untuk tidak saling berinteraksi dan diharuskan mengkarantina diri sendiri. Hal ini mengakibatkan berhentinya semua kegiatan manusia.
Dengan berhentinya hampir semua kegiatan manusia, maka bumi mempunyai waktu untuk memulihkan diri dari kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan manusia. Nasa mencatat bahwa bumi jika dilihat dari luar angkasa menjadi lebih cerah dan terlihat sehat, bahkan Ibukota negara Indonesia, Jakarta, mempunyai kadar kualitas udara yang membaik dari hari ke hari karena wabah ini.
Memang benar adanya, Virus ini telah merenggut begitu banyak jiwa, namun pada akhirnya, mungkin inilah cara Tuhan menyelamatkan bumi kita. Terlebih negara Indonesia adalah negara tropis yang kebetulan sedang mengalami musim penghujan bersamaan dengan musibah ini. Sperti yang kita ketahui bahwa musim penghujan menghasilkan awan-awan hitam yang diiringi petir, dan petir ini berfungsi sebagai pemecah oksigen menjadi O3, atau ozon.
Jika sebelumnya, ozon-ozon yang terpecahkan dengan petir terangkat dengan sisa-sisa polusi dari pabrik-pabrik dan kendaraan, maka kali ini ozon-ozon tersebut mempunyai kadar polusi yang berkurang, dan ozon-ozon ini berkumpul dan membentuk lapisan diangkasa yang berfungsi menyaring sinar ultraviolet yang berbahaya bagi manusia.
Dengan adanya lapisan ozon yang lebih baik, maka bumi ini mempunyai kesempatan yang lebih panjang untuk ditinggali.
Dibeberapa media diberitakan jika beberapa tempat wisata dan negara-negara tujuan-tujuan wisata juga mengalami perubahan yang signifikan keadaan alamnya. Kualitas udara yang lebih bersih, Berkurangnya getaran bumi karena kebisingan yang terus-terus.
Pada akhirnya, Penulis mengajak supaya para pembaca tetap tinggal dirumah demi keselamatan umat manusia. Inilah saatnya menyelamatkan umat manusia dari kepunahan dengan hanya berbaring di rumah.
Selalu ada hal positif yang terjadi dalam setiap hal.