Senin, 06 Januari 2014

manuskrip senja chapter 2

senada dengan irama alam..
bahwa hujan tidak selalu membawa petaka
saat ini...
hujan begitu kunikmati ...
seringnya.. dalam kesendirian atau saat rasa melankolisnya mendominasi, membayangkan diri sendiri di balik
jendela lebar yang terbuka, menatap jatuhan hujan di pelimbahan ..
samar terdengar lagunya celine dion.. i surrender... menampar-nampar dinding hati menjadi lebih bergairah.
sekuntum cinta yang memucuk terasa akan begitu indah yang bercampur puisi sendu irama kebahagiaan
dengan harpa tanpa dawainya yang berdenting melagukan ekspresi segenap rindu..
hujan terlihat menjadi lebih indah, petir adalah cahaya alami yang menyiratkan keagungan keinginan..
hitamnya langit adalah kesanggupan menangkap seluruh keinginan terpendam...
#air itu.. menyentuh tengahan betis...senyum merekah di bawah payung yang hampir telepas di genggaman..
basahkah baju ini? siapa yang peduli?...
sepatu yang terasa semakin berat dengan kaos kaki yang menimbulkan bunyi basah..
tidak menghentikan langkah..
menuju harapan di penghujung hujan..
dipenghujung senja..
seperti telah kita janjikan
pinngiran hutan beton jakarta adalah tempat yang akan mempertemukan kita..
aku yang berlari kecil berpengharapan..
mengejar ujung pelangi yang menjanjikan impian
impian yang telah terajut begitu dalam
telah terikat begitu kuat
...
aku...
menantimu di penghujung lingkar luar jakarta...
seperti waktu lalu...
kemarin..
dan hari ini..
atau besok-besok...
dan engkau..
datanglah ...
dengan cinta..
dan haraan yang sama...
(bersambung...)
22 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar